Desa Pemuteran, sebuah tempat yang tak hanya memikat dengan keindahan alamnya yang seperti surga tersembunyi, tetapi juga menyimpan kisah inspiratif dari seorang pemuda bernama Gede Andika.
Bersama KREDIBALI, Gede Andika telah menjelma menjadi penerang negeri, membawa harapan dan pendidikan ke dalam kehidupan anak-anak di desa ini.
Desa Pemuteran terletak di Bali Utara, diapit oleh pesisir pantai yang memukau dan perbukitan yang menawan. Keindahan alamnya menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata populer, mengundang kunjungan wisatawan tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari berbagai penjuru dunia. Pantai Pemuteran yang menakjubkan, spot snorkeling dan diving yang menantang, serta penangkaran penyu di Reef Seen Diver’s Resort menjadi beberapa daya tarik utama desa ini.
Namun, seperti banyak tempat lainnya di seluruh dunia, pandemi Covid-19 telah mengguncang tatanan kehidupan di Desa Pemuteran. Sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi desa seketika menjadi lumpuh dan membawa dampak besar pada perekonomian masyarakat setempat. Tidak hanya sektor pariwisata, pendidikan anak-anak di desa ini pun terganggu.
Dampak Pandemi di Dunia Pendidikan Desa Pemuteran
Ketika pandemi memaksa anak-anak untuk belajar secara daring, anak-anak SD dan SMP di Desa Pemuteran merasakan kesulitan. Banyak dari mereka tidak memiliki akses ke gadget yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran online.
Bagaimana mereka bisa membeli gadget ketika kebutuhan pokok saja menjadi masalah? Ya, ekonomi masyarakat setempat, sebagian besar, adalah menengah ke bawah. Kebijakan pembatasan pandemi membuat banyak orang tua harus berhenti bekerja di sektor pariwisata dan kembali ke mata pencaharian tradisional seperti bertani atau melaut.
Melihat kondisi ini, Gede Andika, pemuda asli Desa Pemuteran, merasa terpanggil untuk bertindak. Saat dia pulang kampung untuk merayakan Nyepi pada Maret 2020, di tengah kesibukannya bekerja dari rumah dan menunggu pendaftaran untuk melanjutkan studi, dia mencetuskan sebuah ide.
Gede Andika memiliki alasan yang kuat untuk tindakannya. Dia mengkhawatirkan bahwa pandemi akan membuat anak-anak berhenti sekolah atau bahkan tidak sekolah sama sekali. “Dampaknya (sekolah daring) anak-anak bisa berhenti sekolah dan akan ada gap year atau mereka tidak sekolah sama sekali, ini yang saya takutkan,” ujarnya.
Akhirnya Gede Andika mendirikan KREDIBALI (Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan), sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada pendidikan dan lingkungan. Organisasi ini mengadakan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris secara daring sembari menjaga lingkungan untuk anak-anak di desa, agar mereka tidak kehilangan momen berharga dalam pendidikan mereka.
Langkah Awal KREDIBALI, Mendapat Pertentangan
Sebelum, meminta izin kepada pihak desa, Gede Andika mencoba melakukan riset. Dengan data riset yang sudah dia miliki, Andika memutuskan untuk bergerak. Dia datang ke berbagai pihak di desanya, termasuk kepala desa, babinsa (Bintara Pembina Desa), bendesa adat, dan karang taruna. Dia ingin memperkenalkan program yang dia namakan “Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan” atau yang disingkat sebagai KREDIBALI.
Visi besar KREDIBALI adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak di Pemuteran untuk belajar bahasa Inggris selama masa pandemi. Andika percaya bahwa kemampuan berbahasa Inggris adalah salah satu modal berharga yang akan membantu mereka mengembangkan potensi desa ini dalam sektor pariwisata di masa depan.
Namun, perjalanan untuk mewujudkan visi ini tidak semudah yang diharapkan. Andika menghadapi tantangan besar. Kegiatannya tidak mendapatkan dukungan penuh dari pihak desa. Mereka khawatir bahwa kegiatan ini dapat menimbulkan kerumunan, terutama di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diberlakukan.
“Istilahnya kita kayak melawan aturan pemerintah pusat. Mereka menutup sekolah, tapi kita malah membuka. Tapi, saya kemudian memberikan gambaran kepada pihak desa terkait kondisi anak-anak di Pemuteran,” Ujar Gede Andika
Andika menggambarkan perjuangan ini sebagai sebuah perlawanan terhadap aturan pemerintah pusat. Meskipun pemerintah menutup sekolah, dia dan tim KREDIBALI ingin membuka pintu pendidikan untuk anak-anak Pemuteran. Walaupun sulit, tetapi Andika tidak menyerah begitu saja. Dia berusaha keras untuk menjelaskan kepada pihak desa mengenai kondisi anak-anak di Pemuteran.
Setelah berdiskusi panjang, akhirnya KREDIBALI diizinkan untuk bergerak, tentunya dengan pemantauan langsung dari pemerintah desa dan dengan ketentuan wajib mematuhi protokol kesehatan. Para peserta harus menggunakan masker, mencuci tangan secara teratur, dan mematuhi langkah-langkah lain yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kesehatan semua orang yang terlibat dalam kegiatan ini.
KREDIBALI Mengubah Paradigma Belajar
KREDIBALI mengusung konsep yang mengubah paradigma belajar yaitu belajar untuk “siapa yang berhak” bukan “siapa yang mau.” Di balik inovasi ini terdapat harapan untuk memberikan cahaya baru kepada anak-anak SD dan SMP dari keluarga kurang mampu.
KREDIBALI memiliki pendekatan seleksi yang berbeda. Mereka mencari siswa-siswi yang benar-benar membutuhkan bantuan dalam pendidikan mereka. Kriteria pemilihan mencakup tiga kategori, yakni: anak-anak dari keluarga penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan keluarga yang terdampak pandemik. Dengan cara ini, tim KREDIBALI memastikan bahwa yang mendapatkan kesempatan adalah yang benar-benar membutuhkan.
Inisiatif ini telah membawa angin segar di dunia pendidikan dan literasi di desa Pemuteran. Anak-anak yang sebelumnya mungkin merasa terpinggirkan sekarang memiliki akses ke pendidikan berkualitas. Bahkan, respons positif dari anak-anak ini diperkuat oleh dukungan penuh dari para orang tua mereka.
Pada awalnya, KREDIBALI hanya membuka satu kelas di Balai Desa setiap minggunya. Namun, karena antusiasme yang luar biasa dari semua pihak, program ini akhirnya berkembang menjadi beberapa kelas dengan dukungan dari enam tutor relawan. Setiap dua tutor bertanggung jawab atas 25 siswa, menciptakan lingkungan pembelajaran yang intim dan interaktif.
KREDIBALI memiliki tiga kategori kelas yang berbeda, yaitu basic, junior, dan general. Setiap kelas diisi dengan siswa yang memiliki kemampuan yang serupa. Sebelum siswa dapat mengikuti proses pembelajaran di sini, mereka harus melewati pre-test menggunakan metode Cambridge. Tujuannya adalah agar para tutor dapat menilai sejauh mana kemampuan bahasa Inggris siswa dan menempatkannya ke dalam kategori kelas yang paling sesuai.
Inisiatif KREDIBALI bukan hanya tentang memberikan pelajaran, tetapi juga tentang memberikan harapan dan peluang kepada mereka yang membutuhkan. Mereka telah membuka pintu menuju dunia baru bagi anak-anak di desa Pemuteran, mengubah paradigma belajar dari “siapa yang mau” menjadi “siapa yang berhak”.
Dalam cahaya baru ini, generasi muda desa ini memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meraih mimpi mereka dan mewujudkan potensi penuh mereka dalam dunia pendidikan dan literasi.
Menjaga Lingkungan Sambil Mengurangi Kemiskinan
Tidak hanya di bidang pendidikan, Andika sebagai pendiri KREDIBALI, percaya bahwa kesadaran akan isu lingkungan juga harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Kegemparan global mengenai sampah plastik dan isu-isu lingkungan lainnya telah menciptakan urgensi yang tidak dapat diabaikan. Anak-anak adalah kunci dalam membangun kesadaran ini dan menjadi agen perubahan untuk mengatasi masalah lingkungan.
KREDIBALI mengambil langkah unik untuk mencapai tujuan mereka. Gede Andika meminta para siswa untuk membawa sampah plastik dari rumah mereka sebagai alat tukar untuk mengikuti kelas belajar bahasa Inggris di KREDIBALI. Langkah ini bukan hanya mengajarkan anak-anak tentang pentingnya mengurangi sampah plastik, tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Selanjutnya KREDIBALI melakukan kerjasama dengan Plastic Exchange, sebuah lembaga nirlaba di Bali. Sampah plastik yang dikumpulkan oleh siswa KREDIBALI kemudian dikelola dengan baik dan ditukarkan dengan beras.
Beras-beras tersebut tidaklah mereka nikmati sendiri melainkan didistribusikan kepada para lansia kurang mampu di sekitar desa Pemuteran. Dengan cara ini, sampah plastik yang sering dianggap sebagai masalah besar, sebenarnya berpotensi besar untuk mengurangi tingkat kemiskinan di desa Pemuteran.
Begitulah faktanya, KREDIBALI tidak hanya memberikan pendidikan dan bantuan kepada para lansia, tetapi juga ikut berkontribusi dalam mengatasi masalah lingkungan. Hingga akhir tahun 2021, KREDIBALI telah meluluskan 225 siswa, mendistribusikan beras kepada 147 lansia, dan berhasil mengurangi sebanyak 412 kilogram sampah plastik yang disalurkan ke Plastic Exchange.
Keberhasilan KREDIBALI tidak berhenti di sini. Mereka telah memperluas program belajar bahasa Inggris mereka ke desa Puhu, Gianyar, Bali, yang memiliki potensi pariwisata yang berkembang. Program ini melibatkan 18 relawan yang dipilih melalui proses kurasi ketat. Dengan langkah ini, mereka berharap dapat mempengaruhi lebih banyak anak-anak dan masyarakat sekitar untuk peduli terhadap lingkungan dan kemiskinan.
KREDIBALI adalah contoh nyata bahwa inovasi, pendidikan, dan kesadaran lingkungan dapat digabungkan untuk menciptakan dampak positif yang besar dalam masyarakat. Mereka telah membuktikan bahwa bahkan di tengah krisis, kita masih dapat berbuat sesuatu untuk menjaga lingkungan dan membantu mereka yang membutuhkan.
Mengenal Lebih Dekat Sang Inisiator
Di Desa Pemuteran, Bali, ada seorang inisiator muda yang bernama Gede Andika. Namanya mungkin belum terdengar begitu familiar, tetapi dalam dunia edukasi dan literasi, namanya bersinar terang. Gede Andika, yang memiliki nama lengkap I Gede Andika Wira Teja, telah menjadi pelopor dalam upaya meningkatkan literasi di Bali.
Pada tahun 2019, Andika memutuskan untuk membentuk sebuah komunitas non-formal yang diberi nama Jejak Literasi Bali. Komunitas sosial Jejak Literasi Bali ini memiliki tujuan utama untuk meningkatkan literasi baca/tulis, numerasi, bahasa, lingkungan, dan digital pada anak-anak usia sekolah dasar yang tinggal di berbagai daerah terpencil di Bali.
Komunitas ini terdiri dari pemuda dan pemudi yang memiliki satu tujuan bersama: peduli terhadap pendidikan, khususnya literasi anak-anak di daerah-daerah terpencil di Bali. Mereka adalah pahlawan tanpa jas, berjuang untuk memberikan cahaya pendidikan kepada yang membutuhkannya.
Namun, perjalanan Andika menuju menjadi seorang inspirator tidaklah mudah. Kecintaannya pada dunia edukasi dan literasi membuatnya rela melepaskan beasiswa yang ditawarkan untuk studi di Inggris.
Bahkan lebih dari itu, pada bulan Mei 2020, Andika membuat keputusan besar dengan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai Staf Kepala Kantor Wilayah Kementerian Pertahanan RI Provinsi Bali.
Mengapa? Karena Andika memiliki impian besar. Impian itu adalah agar adik-adiknya tetap dapat bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk bangkit dari keterpurukan. Ia tidak ingin adik-adiknya atau anak-anak lainnya kehilangan kesempatan untuk menggapai mimpinya hanya karena keterbatasan ekonomi.
Kini, sambil fokus mengajar anak-anak bahasa Inggris, Andika juga menjalani program Master of Science in Economics di Universitas Gadjah Mada. Selain itu, ia menjadi konsultan ekonomi di Monulis.id. Ia adalah bukti hidup bahwa kita dapat melakukan banyak hal jika kita memiliki tekad dan semangat yang kuat.
Bagi mereka yang mencintai dunia edukasi dan literasi, Gede Andika adalah sumber inspirasi. Semangat dan tindakan nyatanya adalah contoh yang memotivasi banyak orang untuk berkontribusi pada kemajuan Indonesia.
Tidak heran jika Gede Andika diakui dan dihargai atas dedikasinya. Ia layak menjadi salah satu pemenang Apresiasi 12th SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra kategori Pejuang Tanpa Pamrih Di Masa Pandemi COVID19.
Penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra ini diberikan kepada para anak muda yang berperan besar dalam masyarakat dan lingkungan mereka, dalam bidang seperti Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Kisah hidup Gede Andika mengingatkan kita semua akan pentingnya memberikan manfaat kepada orang lain. Terkadang, tindakan kecil kita bisa memiliki dampak besar. Saatnya bagi kita semua untuk bergabung dalam gerakan #SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia karena #KitaSATUIndonesia
Seperti yang dikatakan Andika, “Dengan pengalaman apa pun yang kita dapatkan, kalau kita belum bisa menebar kebermanfaatan, rasanya belum lengkap. Sehingga semangat berkarya itu harus tetap ada, tapi semangat berbagi itu wajib ada.” Gede Andika adalah bukti hidup dari kata-kata ini.
Sumber Bacaan:
- https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2023/assets/download/E-Book-SIA-2023-final.pdf
- https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/bak-surga-tersembunyi-ini-5-aktivitas-seru-di-desa-wisata-pemuteran-bali
- https://www.idntimes.com/life/inspiration/yudha-29/kredibali-edukasi-bahasa-hingga-peduli-lingkungan-c1c2
- https://www.idntimes.com/life/inspiration/gendhis-1/kisah-inspiratif-kredibali-c1c2
- https://www.jejakliterasibali.org/
- https://www.youtube.com/watch?v=0TY4kgBTIGY
Sumber Foto:
- https://www.jejakliterasibali.org/
- https://www.youtube.com/watch?v=0TY4kgBTIGY