Di sebuah ruangan sederhana, Kevin Gani berdiri di tengah lingkaran para relawan yang mengenakan rompi hijau bertuliskan “Garda Pangan Volunteer“. Tangannya bergerak perlahan, memberi arahan dengan nada tenang dan penuh semangat. Para relawan muda mendengarkan dengan seksama, tangan mereka bersarung plastik, siap memulai kegiatan penyortiran makanan.

Kevin Gani sedang memberikan arahan kepada para relawan (foto: SIA25 Booklet)
Suasananya sederhana, namun terasa hangat dan sarat akan makna. Dari dapur kecil di jantung Kota Surabaya inilah, sebuah gerakan besar lahir bernama Garda Pangan, sebuah gerakan yang menebar harapan lewat food bank.
Gerakan ini bukanlah sekadar tentang menyelamatkan makanan. Lebih dari itu, ini adalah ikhtiar menghidupkan kembali rasa kemanusiaan di tengah ironi negeri yang kaya pangan, tetapi masih banyak warganya yang berjuang melawan rasa lapar.
Garda Pangan, Lahir dari Sebuah Keresahan
Garda Pangan berdiri pada tahun 2017, lahir dari keresahan sederhana namun mendalam. Saat itu, salah satu pendirinya, Dedhy Trunoyudho, yang berprofesi sebagai pengusaha katering pernikahan, kerap menghadapi masalah pembuangan makanan setiap pekannya. Dari sisi bisnis, membuang makanan adalah cara tercepat, murah dan praktis. Namun bagi istrinya, Indah Audivtia, kebiasaan itu terasa menyesakkan dan membuatnya resah.
“Melihat makanan yang masih layak, tetapi dibuang begitu saja rasanya tidak nyaman,” begitulah kira-kira yang dirasakan Indah saat itu. Dari kegelisahan itulah, mereka akhirnya tergerak untuk melakukan sesuatu yaitu mendonasikan makanan berlebih kepada yang membutuhkan.
Tak lama kemudian, keduanya bertemu dengan Eva Bachtiar, sosok yang juga memiliki kepedulian serupa terhadap isu pembuangan makanan berlebih. Akhirnya dari pertemuan tiga orang ini, lahirlah gagasan membentuk gerakan food bank di Surabaya.
Mungkin ada yang bertanya-tanya apa sebenarnya food bank itu? Food bank merupakan organisasi yang mengumpulkan makanan berlebih (surplus food) dari berbagai sumber lalu mendistribusikannya ke masyarakat yang membutuhkan.
Lalu, tak butuh waktu lama, mereka menamai food bank ini dengan sebutan Garda Pangan, gerakan yang akan menjadi salah satu pelopor penyelamatan makanan di Indonesia.
Setahun kemudian, tepatnya pada 2018, seorang mahasiswa bernama Kevin Gani bergabung menjadi relawan. Latar belakangnya di bidang sosial dan komunikasi membuatnya cepat menjadi motor penggerak. Dan kini, Kevin telah dipercaya sebagai Ketua Yayasan Garda Pangan, meneruskan semangat awal para pendirinya.
“Kalau kita ngebuang sampah makanan setidaknya ada tiga kerugian yang kita alami, kak,” ujar Kevin kepada saya saat diwawancarai via WhatsApp. “Yang pertama kerugian dari segi ekonomi. Terus yang kedua dari sektor lingkungan. Ketika sampah yang dibuang itu tertumpuk di TPA maka akan mengeluarkan gas metana yang 23 kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida. Dan yang ketiga, hal ini juga turut berkontribusi terhadap perubahan iklim,” jelasnya lagi.
Terlebih lagi terdapat fakta yang mengejutkan. Di negeri yang subur, penghasil pangan melimpah ini ternyata menyimpan Ironi. Indonesia menjadi negara pembuang sampah terbesar kedua di dunia atau menjadi peringkat pertama di negara ASEAN. Sementara itu di sisi lain, ada 19,4 juta penduduknya masih hidup dalam kelaparan. Sungguh miris!
Dorongan itulah yang akhirnya membuat Kevin berusaha kuat untuk terus memperluas jangkauan Garda Pangan. Mereka berupaya menjalankan beragam program penyelamatan makanan. Salah satunya dengan food rescue, yaitu upaya menyelamatkan makanan surplus dari industri hospitality, seperti hotel, restoran, kafe, bakery, katering, hingga acara besar.

Relawan Garda Pangan sedang melakukan food rescue di salah satu mitra kerja sama (foto: web gardapangan.org)
Setiap hari, tim Garda Pangan menjemput makanan yang tidak terjual dari mitra kerja sama, lalu menyortir dan mengemas ulang dengan higienis. Makanan itu kemudian disalurkan kepada masyarakat pra-sejahtera di berbagai tempat yang ada di Kota Pahlawan.
Akhirnya, tahun demi tahun, gerakan Garda Pangan membuktikan bahwa langkah kecil yang berawal dari sebuah keresahan itu, bisa membawa perubahan besar yang berdampak nyata.
Membangun Kepercayaan, Menjaga Keamanan
Garda pangan memang bukan gerakan yang tumbuh secara instan. Akan tetapi, sejak awal berdirinya, Kevin dan tim selalu berupaya memastikan bahwa setiap makanan yang disalurkan benar-benar layak untuk dikonsumsi.
Mereka memiliki SOP ketat untuk food safety dengan metode organoleptik, yaitu mengecek makanan dari aroma, tekstur, dan rasa. “Kami tidak sekadar mengumpulkan dan membagikan,” jelas Kevin. “Kami memastikan setiap makanan aman dan layak dikonsumsi.”
Terlebih lagi, tantangan terbesar Garda Pangan adalah menjaga kepercayaan dari para pelaku usaha yang bekerja sama. Tidak sedikit hotel dan restoran yang awalnya ragu dan khawatir soal tanggung jawab dan keamanan. Maklum saja mereka takut disalahkan bila terjadi apa-apa.
Selain itu, masih banyak yang belum paham tentang konsep food bank di Indonesia. Jadi, harus ada assessment yang cukup mendalam dari para pelaku usaha untuk mempercayakan surplus makanannya ke Garda Pangan
“Ada yang butuh waktu hampir setahun sebelum akhirnya mereka percaya pada sistem kamu,” kenang Kevin. Karena itulah, bagi Kevin, menjaga kepercayaan mitra menjadi hal yang tidak bisa ditawar.
Untuk makanan yang tidak lolos pengecekan pun tetap dimanfaatkan. Garda Pangan mengolahnya menjadi pakan ternak melalui biokonversi maggot BSF (Black Soldier Fly). Sistem ini tentu saja tidak hanya sekadar menekan jumlah sampah makanan, tetapi juga menjadi solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Kevin dan Tim Garda Pangan sedang mengolah sampah organik dengan biokonversi maggot BSF (foto: SIA25 Booklet)
Bahkan dari yang awalnya hanya mengelola 500-800 kilogram sampah makanan per hari. Sekarang @maggot_gardapangan ini telah berhasil meningkatkan pengelolaan sampah organik menjadi 3 ton per hari. Angka yang fantastis kan?
Atas usaha mereka menjaga kepercayaan dan keamanan tersebut, sekarang Garda Pangan bisa bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Hotel Sheraton, Sayur Box, Toko kopi Tuku dan banyak perusahaan lainnya.

Kerjasama Garda Pangan dengan Toko Kopi Tuku (foto: SIA25 Booklet)
Dengan pendekatan ilmiah dan tanggung jawab sosial inilah, Garda Pangan tumbuh tidak sekadar jadi food bank, tetapi juga menjadi penggerak zero food waste di Indonesia. Begitu menginspirasi!
Kisah dari Sebuah Gayung Kotor yang Menggerakkan Ribuan Hati
Dari perjalanan panjang Garda Pangan, ada satu kisah yang selalu diingat oleh Kevin. Suatu kali, saat melakukan food rescue di daerah Joyoboyo, Surabaya, ia bertemu dengan seorang nenek lanjut usia yang tinggal sendirian di bedeng sempit.
“Ketika saya hendak memberikan makanan, beliau tidak punya piring, ” ucap Kevin dengan nada lirih. “Akhirnya, nenek itu mengambil gayung kotor untuk dijadikan wadah makanan.”
Momen itu menampar kesadaran banyak orang yang ada di timnya termasuk Kevin sendiri. Di tengah gemerlapnya kota besar kedua di Indonesia, masih ada orang yang bahkan tidak memiliki piring untuk makan. Sejak hari itulah, Kevin Gani mengaku jadi ketagihan untuk melakukan food rescue.
Moto Garda Pangan yang menjadi pengingat sederhana namun memberikan makna yang sangat kuat:
“Why bin when you can feed people ini need?”
Untuk apa dibuang, kalau bisa memberi makan mereka yang membutuhkan?
Kini, Garda Pangan telah mendistribusikan lebih dari 577.000 porsi makanan kepada hampir 28.000 penerima manfaat yang tersebar di 173 titik kantong kemiskinan di Surabaya. Penerima manfaatnya beragam, mulai dari keluarga pra-sejahtera, warga difabel, lansia, anak jalanan, hingga panti asuhan.
Untuk mewujudkan semua itu, Garda Pangan melibatkan lebih dari 1.500 relawan dari berbagai usia, profesi dan latar belakang. Ada pelajar, mahasiswa, pekerja, hingga ibu rumah tangga. Seperti Hani yang bergabung sejak 2022 dan Duwik yang bergabung sejak 2017.

Kedua Relawan yang mencurahkan isi hati dan pengalaman mereka sejak bergabung di Garda Pangan (foto: IG @gardapangan)
“Setiap relawan punya peran,” tutur Kevin. “Ada yang mengangkut, menyortir, mendistribusikan makanan hingga mengelola sampah organik dari makanan yang tidak layak konsumsi. Namun, ada yang paling penting yakni mereka jadi lebih belajar menghargai makanan.”
Dari dapur ke dapur, dari tangan ke tangan, Garda Pangan menyalurkan lebih dari sekadar makanan, mereka menebar harapan bagi banyak orang.
Mengubah Sisa jadi Cinta, Menebar Edukasi untuk Semua
Masalah pemborosan makanan tidak hanya datang dari dapur restoran dan meja makan masyarakat, tetapi juga dari ladang. Faktanya, 20-40% hasil panen di dunia terbuang bahkan sebelum sampai ke pasar, hanya karena tampilannya dianggap tidak sempurna. Buah yang sedikit berbintik atau sayuran yang bengkok sering kali tidak laku dijual, meskipun masih segar dan bernutrisi. Fenomena ini dikenal dengan istilah ugly produce.
Melihat kenyataan itu, Garda Pangan mengembangkan program gleaning yaitu mengumpulkan hasil panen yang ditinggalkan petani karena tidak memenuhi standar pasar. Sayur dan buah-buahan tersebut kemudian dikemas dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Langkah sederhana ini mampu membantu petani mengurangi kerugian sekaligus memastikan hasil bumi tidak berakhir di tempat sampah.

Program gleaning yang dilakukan tim Garda Pangan di kebun jeruk (foto: IG @gardapangan)
Lalu, apakah gerakan Garda Pangan berhenti sampai di sini saja? Oh, tentu tidak! Garda Pangan juga menyentuh sisi budaya masyarakat Indonesia yang gemar berbagi makanan saat hari raya atau acara besar.
Dari situ lahirlah program food drive, yaitu mengumpulkan makanan berlebih dari momen-momen tertentu seperti Idul Fitri, pesta pernikahan, hingga acara kampus. Mereka bekerja sama dengan BEM universitas, wedding organizer, hingga komunitas lokal, untuk menyalurkan makanan sisa acara agar tidak terbuang percuma.
Selain menyelamatkan makanan, Garda Pangan juga berfokus pada edukasi publik tentang pentingnya mengurangi sampah makanan. Berdasarkan survei terhadap 321 responden di 31 kecamatan yang ada di Kota Surabaya, sebagian besar masyarakat belum tahu langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk berkontribusi.
Untuk itulah, Garda Pangan rutin menggelar kampanye kreatif di media sosial dan Car free Day, menghadirkan ide-ide praktis agar masyarakat lebih bijak dalam mengelola makanan. Bahkan, mereka menanamkan kesadaran ini sejak dini melalui edukasi anak-anak dengan pendekatan gamifikasi atau permainan seru yang membuat pesan tersampaikan tanpa menggurui.
Semua itu mereka lakukan sebagai wujud menebarkan satu pesan yang sama yakni makanan bukan sekadar kebutuhan, melainkan anugerah yang harus dijaga dan dihargai.
Mandiri tanpa Eksploitasi, Bergerak dengan Nurani
Sebagai lembaga sosial, Garda Pangan berusaha menjaga kemandiriannya agar gerakan ini tetap berjalan dengan hati yang murni. Kevin Gani menjelaskan bahwa sekitar 20-30 persen biaya operasional berasal dari donasi, sedangkan sisanya diperoleh dari kerja sama program edukasi dan layanan pengelolaan limbah bersama mitra bisnis.
“Ketika terlalu bergantung pada donatur, kadang arah gerakan bisa berubah,” jelas Kevin. “Kami tidak ini gerakan ini terjebak pada eksploitasi kemiskinan. Kami sangat menghindari itu.”
Bagi Kevin Gani dan tim Garda Pangan, menjaga idealisme adalah bagian dari tanggung jawab moral.
Selain itu, gerakan ini tidak hanya menyalurkan makanan saja, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap pangan. Ia percaya, perubahan tidak hanya soal berapa banyak perut yang kenyang, tetapi juga berapa banyak kesadaran yang tumbuh.
“Harapan terbesar kami, sampah pangan bisa berkurang. Semoga semakin banyak orang yang sadar soal sampah makanan, dan manajemen limbah kita bisa makin luas, sehingga lebih banyak makanan surplus yang bisa tertangani,” ungkap Kevin dengan penuh harap.
Ia menambahkan, “Kami juga berharap semakin banyak orang yang memahami bahwa sepiring nasi yang ada di depan kita melewati proses yang sangat panjang. Dari bibit, distribusi, hingga akhirnya tersaji di meja. Ketika kita sadar akan hal itu, otomatis kita juga akan lebih peduli terhadap isu sampah makanan.

Relawan Garda Pangan menghangatkan makanan hasil dari food rescue sebelum dibagikan (foto: IG @gardapangan)
Bagi Kevin dan tim Garda Pangan, gerakan ini adalah panggilan nurani. Sebuah langkah kecil yang diharapkan menumbuhkan budaya baru, budaya menghargai makanan dan kehidupan.
Satukan Gerak, Terus Berdampak lewat Jejak Kebaikan
Jejak langkah Kevin dan Garda Pangan membuktikan bahwa kebaikan tidak selalu dimulai dari hal besar. Kadang, ia tumbuh dari keresahan kecil, dari sepiring makanan yang terselamatkan, dan dari tangan-tangan yang tergerak untuk berbagi.
Gerakan ini menyatukan banyak hati dalam satu visi yakni “mewujudkan Indonesia bebas lapar lewat pendistribusian makanan berlebih” sekaligus menjaga bumi, memberdayakan manusia, dan menghargai setiap remah kehidupan. Dari dapur ke dapur, dari tangan ke tangan, mereka menebarkan harapan lewat food bank yang tak hanya memberi makan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran.
Atas dedikasi dan konsistensi dalam menjaga keberlanjutan pangan, akhir tahun lalu, Kevin Gani dan Garda Pangan berhasil menerima Apresiasi 15th SATU Indonesia Awards 2024 kategori Lingkungan, melalui inisiatif “Perjuangan Pangan Berkelanjutan”.

Kevin Gani bersama Presiden Direktur PT Astra International Tbk dan keempat pemenang Astra 15th Satu Indonesia Awards 2024 lainnya (foto: web tempo.co)
Penghargaan ini menjadi bukti bahwa ketika banyak hati bersatu dalam satu niat dan satu gerak, kebaikan itu bisa menular, menumbuhkan dan berdampak nyata.
Dari setiap langkah kecil yang dilakukan Garda Pangan, kita belajar bahwa menebar kebaikan tidak melulu membutuhkan kekayaan, tetapi kepedulian yang tak lekang oleh waktu.
Yang dilakukan Kevin Gani dan para relawan tak sekadar menyelamatkan makanan, tetapi juga menyelamatkan makna kemanusiaan. Mereka menjadi jembatan bagi ribuan perut yang lapar dan hati yang penuh pengharapan.
*****
Referensi:
- Wawancara langsung dengan Kevin Gani via Aplikasi WhatsApp
- SIA25 BOOKLET – KICK OFF (https://online.fliphtml5.com/lsnfk/ipqi/)
- Instagram @gardapangan (https://www.instagram.com/gardapangan/)
- Website Garda Pangan (https://gardapangan.org/)
#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia #APA2025-PLM

19 Komentar. Leave new
Bertemu tulisan ini seperti mendapatkan berkat khusus dan berjumpa takdir yang melahirkan hikmat tersendiri. Selalu hormat dan bangga pada orang yang memiliki keperdulian pada kelangsungan. Food Bank ini satu gerakan bumi lebih bernafas.
Banyak doa baik untuk semua pihak garda pangan, terutama Gani yang mengatakan > Kami tidak ini gerakan ini terjebak pada eksploitasi kemiskinan. Kami sangat menghindari itu< Semoga idealisme ini tetap terjaga ditengah ujian waktu.
Lagi, terima kasih pada ASTRA sudah memberi ruang penghargaan. Semoga terus dan meluas.
Sangat menghangatkan hati dan bikin mata rembes. Ngena banget aksi nyata Kevin Gani dan para relawan garda pangan. Makanan yang tidak habis, memang menimbulkan banyak problem mengingat diantara kita masih ada saudara-saudari yang sulit mendapatkan makanan layak, sehat, bahkan banyak yang kelaparan. Sebuah ketimpangan yang nyata.
Langkah yang diambil oleh Kevin Gani sangat inspiratif dan berdampak baik bagi banyak orang yang membutuhkan. Salutnya tetap di sortir secara profesional untuk menjaga kebersihan dan keamanan makanan. Nice, semoga semakin banyak Kevin Gani lainnya yang bertumbuh dan berdampak baik buat banyak orang.
Memang kalau ada makanan lebihan dari sebuah acara, itu malah dibuang. terus kalau makanan yang dijual, tidak habis, biasanya didiskon menjelang jam tutup. Tapi tetap saja banyak yang tak terjual, dan akhirnya dibuang. Dan ini kalau tidak salah termasuk SOP, karena takutnya ada piha tak bertanggung jawab yang memanfaatkan.
Alhamdulillah sekarang sudah ada solusinya. Termasuk lewat Garda Pangan ini. Masalah makanan lebih itu, bisa disalurkan dan jadi lebih bermanfaat bagi orang-orang yang memang sangat membutuhkan. Ini juga menghindari mubazir dan adanya penumpukan sampah. Keren nih yang dilakukan Mas kevin lewat Garda Pangan.
Hebat sekali Mas Kevin Ghani, jadi relawan dengan tujuan mulia dan akhirnya dapat Satu Indonesia Awards dari Astra. Memang kalau banyak makanan lalu dibuang (padahal masih layak makan) itu kok ngenes yaa. Alhamdulillah kalau ada food bank dan semoga ada juga di kota lain.
Bagi sebagian orang ada yang menganggap bahan makanan A udah gak bagus, padahal oleh sebagian yang lain masih layak. Oleh karenanya ada yang seperti Kak Gani ini, bisa menyalurkan bahan makanan yang masih layak itu, sehingga meminimalisir juga sampah makanan
Sedih banget baca yg nenek ga punya piring dan pakai gayung . Itulah mba, akupun kalau harus membuang makanan, itu berasa nyeseeeeek banget. Kayak berdosa. Krn di luar ada banyak yg ga bisa makan.
Terharu lihat apa yg dilakukan mas Kevin dkk. Sangat menolong orang2 yg membutuhkan makanan tp juga hasilnya berefek pada lingkungan kita. Blm lagi bisa mengembangkan maggot yg bagus utk sampah ❤️❤️.
Semoga akan semakin banyak orang2 yg sadar pentingnya utk tidak membuang makanan
Menarik sekali ya ide food bank ini. Meskipun harus ketat pengawasan agar makanan tetap aman dikonsumsi. Sampah makanan emang cukup berbahaya kalau dibuang ke tempat sampah apalagi TPA karena bisa menghasilkan gas metana.
Semoga gerakan ini bisa terus berdampak dan membawa kebaikan.
Sampah makanan adalah salah satu penyumbang terbesar di TPA. Oleh karena itu, wajib dikelola dengan bijak. Gerakan Kevin Gani ini menyelamatkan makanan agar tak terbuang sia sia. Jadi salah satu cara mencegah menumpuknya sampah makanan
Dulu pertama kali dengar program sejenis ini di negara maju kek Australia. Tapi sekarang di Indonesia pun ada Garda Pangan yang menginisiasi gerakan serupa. Memang sampah makanan ini PR banget, makanya suka ngenes kalau ada orang di kondangan yang ambil banyak makanan lalu nggak dihabiskan.
PR kita di rumah tangga masing2 berusaha supaya nggak ada makanan sisa atau bahan makanan yang terbuang ya.
Keliatannya sepele cuma sampah makanan, tapi bayangin kalau banyak yang buang, sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan hidup.
Selamat buat mas Kevin dan teman2nya atas penghargaan SATU ASTRA-nya.
Bener2 langkah kecil yang patut diapresiasi ya kak. Hanya krn masalah sampah makanan bahkan ini cuman sisa makanan loh. Mereka bs olah menjadi hal bermanfaat. Bisa dibagikan ke masyarakat yg membutuhkan, bahkan bs jd makanan para maggot yg bs diolah lagi buat pakan ayam hingga menyuburkan tanah.
Salut bgt buat perjuangannya meski ga mudah utk meyakinkan para pemilik usaha. Kini para pemilik usaha jg seneng kalo ada sisa makanannya yang ga habis. Mereka ga usah repot utk buang krn ada Garda Pangan yang nampung.
Hal sederhana yg bs bikin bahagia semua.
Food waste memang masih menjadi salah satu masalah di negeri ini. Cerita tentang Kevin Gani dan Garda Pangan benar-benar menginspirasi — dari kepedulian sederhana kepada tindakan nyata yang berdampak luas. Saya benar-benar tersentuh pada bagian saat nenek yang menerima bantuan bahkan harus makan dari gayung karena tak punya piring.
Gerakan ini mengingatkan kita bahwa solusi terhadap persoalan pangan tidak selalu harus besar atau teknologis: kadang justru dimulai dari hal paling sederhana — menyelamatkan makanan yang seharusnya terbuang, dan memastikan ia sampai ke tangan yang membutuhkan.
Saya juga sangat menghargai bahwa Garda Pangan tidak hanya fokus pada “makanan sampai ke yang lapar”, tetapi juga menjaga prosesnya: keamanan pangan, kepercayaan mitra usaha, edukasi masyarakat, dan pengurangan limbah. Itu kombinasi yang kuat.
Semoga semakin banyak orang yang melihat bahwa “satu piring” bukan hanya soal kenyang, tapi juga soal penghargaan terhadap proses panjang pangan ini.
MasyaAllah keren banget kegiatan dari Garda Pangan ini. Memang masalah makanan sisa ini masih kadang menjadi salah satu sumber sampah organik ya karena biasanya kalau di hotel pasti akan dibuang padahal kadang makanannya masih layak. Semoga aja gerakan Garda pangan ini juga bisa meluas hingga ke daerah lain sehingga bisa mengurangi permasalahan sampah di Indonesia
Keren banget Garda Pangan.
Ya Allaah.. sangat menghargai pangan dan memanfaatkan secara maksimal.
Sungguh menginspirasi dan in syaa Allah jadi kebaikan yang menular. Dengan memenangkan ASTRA award, jadi semakin meluas kebaikannya.
MasyaAllah, gerakannya keren banget banget. Bener, masalah di Indonesia itu banyak banget sampah, terutama sampah makanan kayak gini. Kita memang suka memasak makanan tanpa memperhitungkan porsi yang sesuai ya (kalau di rumah tangga). Kalau untuk hotel dan wedding ya memang harus memasak banyak untuk kebutuhan tamu-tamunya. Dengan hadirnya garda pangan kayak gini, semoga sampah makanan yang terbuang sia-sia jadi sangat sangat sangat jauh berkurang.
Apalagi bukan cuma makanan yang masih bagus aja, tapi yang sudah tidak layak makan pun tetap bisa termanfaatkan. Berkah selaluu yaa Garda Pangan…
Masya Allah keren banget Garda Pangan ini selalu kagum dengan selak terjang anak muda yang peduli dengan keadaan lingkungannya.. semoga kegiatannya berkesinambungan dan jadi inspirasi untuk kota lain..
Langkah nyata Kevin Gani layak mendapatkan penghargaan dari Astra. Miris di satu sisi berlebihan sampai membuang makanan, di sisi lain kekurangan bahkan sampai kelaparan. Semoga hadirnya gerakan ini juga menyadarkan kita untuk mengonsumsi secukupnya dan tidak mengambil berlebih, sehingga yang berlebih tersebut dapat diberikan ke sesama yang membutuhkan dalam kondisi layak makan
Kereen ya Keviiin, menyelamatkan bumi dari sisa sampah dan menjadikan sesuatu yang mubadzir menjadi termanfaatkan. Masih sedikit orang yang memiliki niat gerak dalam dunia yang ditekuni Kevin ini. Semoga terus memberi dampak kebermanfaatan bagi masyarakat. Hebaat yaaa mas Kevin dan program garda pangannya
Kreativitas ditambah hati yang hangat memang mampu membuat dampak luar biasa ya. Inovasi yang sangat keren dari Kevin Gani dan timnya. Semoga semakin banyak hati yang tergerak juga >.<
Ini nih tokoh seperti ini yang butuh selalu diviralkan
Segala macam usahanya butuh diangkat
Sebab manfaatnya lebih banyak dan menyebar kemana-mana
Harusnya media paham ini
Memang sih nilainya ga menjual tapi informasi seperti ini butuh terus “digoreng dengan baik”