Pola asuh tiger parenting berbahaya baik untuk anak, orang tua dan hubungan yang tercipta dalam keluarga. Orang tua dengan harapan tinggi pada anaknya, terkadang sulit membedakan sikap suportif atau destruktif.
Inilah penyebab utama mengapa orang tua tidak menyadari kalau mereka sudah menerapkan tiger parenting. Hal ini sangat berpotensi merusak sang buah hati dan relasi dengan orang tua.
Apa Itu Pola Asuh Tiger Parenting?
Pola asuh tiger parenting dapat didefinisikan sebagai salah satu gaya pengasuhan yang bersikap otoriter dan bersikap keras penuh tuntutan kepada anak secara terang-terangan.
Orang tua yang mempunyai gaya pengasuhan tiger parenting ini bersikap dingin dan seringkali menggunakan otoritasnya sebagai orang tua untuk membuat anak mengikuti apa yang diinginkannya dan memenuhi semua harapannya. Wah, bahanya banget! Semoga parents gak seperti itu ya.
Cara Mencegah Pola Asuh Tiger Parenting dalam Keluarga
Membesarkan anak tidak bisa mengabaikan pola asuh yang orang tua dapatkan sedari kecil. Oleh karena itu, orang tua butuh persiapan ketika akan memiliki anak dengan banyak membaca buku parenting, berdiskusi dengan orang tua lainnya atau bahkan berkonsultasi dengan psikolog.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa parents lakukan untuk menghindari pola asuh ini.
1. Disiplin Harus Ditumbuhkan bukan Karena Takut
Sikap disiplin adalah pola asuh tiger parenting yang kerap dituntut untuk dimiliki oleh anak. Cara mudahnya adalah menerapkan hukuman dan hadiah yang menyebabkan anak patuh untuk alasan yang salah.
Hindari rasa takut anak pada orang tua dan coba jelaskan konsekuensi dan efek dari tiap tindakannya. Contohkan bagaimana disiplin dalam kehidupan sehari-hari dan ajak anak berdialog untuk menentukan rutinitas yang diminatinya.
2. Buat Tujuan Jelas dan Hindari Anak Merasa Terbebani
Orang tua kerap menaruh harapan besar pada anak yang bahkan mereka sendiri gagal lakukan saat seusia anaknya. Ajak anak untuk mengenal potensinya, lakukan berbagai kegiatan, menari, matematika, bahasa inggris dan lain sebagainya. Anak akan menemukan sesuatu yang ingin dipelajari lebih lanjut karena benar-benar menyukainya bukan sesuatu yang diharuskan oleh orang tua.
3. Kesalahan Adalah Bagian Dari Proses Belajar
Anak-anak yang menerima pola asuh tiger parenting akan selalu takut ketika melakukan kesalahan, nilai sekolah yang tidak sempurna atau pekerjaan dan tugas yang lupa dikerjakan.
Parents bisa mewaspadai sikap tersebut dengan mengatur kemarahan, perkataan dan tindakannya ketika anak melakukan sesuatu yang salah. Ingat kalau anak bisa belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Karen kesalahan itu adalah bagian dari proses belajar.
4. Mendukung Kreativitas Anak Dan Tidak Mengkritiknya
Ketatnya aturan para tiger parent menghalangi kreativitas sang buah hati. Hal ini dikarenakan tolak ukur anak yang sukses berasal dari nilai, prestasi, pencapaian dan pengakuan. Anak jadi tidak bisa berpikir sendiri, apalagi mengembangkan imajinasinya sendiri.
Terlalu banyak mengkritik ide-idenya juga akan membuat anak rendah diri, takut melakukan sesuatu yang berbeda dan akhirnya bisa menyalahkan orang tua karena membuatnya depresi ketika sudah besar dan memiliki anak sendiri.
5. Mengajak Anak Bermimpi Dengan Realis dan Berpikiran Positif
Cita-cita orang tua kerap jelas dan bahkan spesifik, sesuai dengan perjalanan hidupnya. Sedangkan keinginan sesuai dengan usianya masih abstrak dan berubah-ubah. Anak dari tiger parent kadang hanya bercita-cita untuk membahagiakan orang tuanya tanpa tahu dengan jelas bagaimana melakukannya.
Orang tua bisa melepaskan impiannya dan mendukung mimpi sang buah hati, walau kadang tidak realistis. Dampingi dan terus berikan motivasi positif, khususnya ketika impiannya gagal atau tidak sesuai dengan harapannya. Bangkitkan lagi rasa percaya dirinya dan yakinkan mereka akan berhasil suatu saat nanti.
Demikianlah beberapa antisipasi dari pola asuh tiger parenting yang orang tua bisa hindari. Semua dukungan dan panduan orang tua tetap dibutuhkan anak, yang perlu dilakukan adalah membina komunikasi interaktif sehingga orang tua bisa membina hubungan dengan anak.
Bukan dengan aturan, perintah dan hukuman yang bisa membuat anak depresi dan ketakutan. Orang tua adalah panutan dan juga tempat anak berkeluh kesah, jadilah teman dan juga orang tua sesuai dengan situasi dan kondisinya. Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat bagi parents semua. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca artikel dari kami. ^^
1 Komentar. Leave new
[…] tetap jaga kesehatan diri dan keluarga ya parents. Tetap patuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, sosial distancing, dan lainnya ya terutama […]